Jumat, 28 September 2012

Kiat-kiat Menulis Artikel




1.    Pilih topik hangat dan populer.
2.    Fokus masalah harus jelas,
3.    pembahasan tajam,
4.    diakhiri dengan alternatif solusi.
5.    Gunakan bahasa populer,
6.    mudah dimengerti pembaca awam,
7.    kalimat-kalimat pendek yang penuh makna.


Dengan menulis opini, kita telah berbagi ilmu dengan para pembaca media yang bisa ribuan bahkan ratusan ribu jumlahnya. Karenanya, menulis opini sebenarnya merupakan wahana trasfer of knowledge yang sangat efektif, daripada seorang guru atau dosen yang mengajar di sebuah kelas, dengan paling banter 40 – 50 audiens saja.
Lalu, siapakah yang boleh menulis artikel dan persoalan apa saja yang bisa ditulis menjadi artikel (opini) ?
Artikel (opini) adalah pendapat atau gagasan pribadi seseorang yang disajikan dengan menggunakan bahasa populer (bukan ilmiah) di media massa. Banyak aspek yang bisa diangkat dalam sebuah artikel baik itu masalah sosial, politik, ekonomi, agama, budaya, teknologi, kesehatan dan sebagainya.

Bagaimana mengawalinya?
Kebanyakan orang cenderung kebingungan, bagaimana mengawali menulis artikel. Kebingungan itu terkadang berimbas pada rasa tidak percaya diri, takut atau khawatir tulisannya dianggap jelek, sehingga kebanyakan takut memulai dan tidak pernah melakukannya.
Untuk itu, mentalitas sangat harus dibangun. Rasa percaya diri harus ditumbuhkan. Membaca, diskusi, berlatih dan begitu seterusnya, niscaya kemampuan untuk menulis itu akan tumbuh dengan sendirinya. Menulis bukan lah bakat. Menulis juga bukan sekadar teori. Karenanya harus dipelajari dan diasah terus menerus.
Lalu, apa saja yang harus dipersiapkan seseorang yang mau menulis opini? Teori yang lazim dikenal banyak orang, adalah :

A. menggali ide
kita mau menulis apa? Itu pertanyaan awal yang harus diajukan. Setelah ketemu, ada tema, maka cobalah analisis masalah (tema) yang akan kamu angkat dalam sebuah tulisan. Riset data. Diskusi lah dengan banyak orang. Sehingga analisis kamu terhadap tema itu benar – benar menjadi sebuah analisis kritis dan tajam, dengan tawaran solusi (problem solving) yang sangat brillian.

B. Membuat kerangka tulisan secara detail
membuat tulisan baik ilmiah maupun populer, sebenarnya sama saja. Pembukaan, isi (content) dan penutup. Kerangka dibuat adalah untuk memudahlan dan mensistematiskan tulisan agar runut dan enak dibaca.

C. Kumpulkan data dan refference (buku, majalah, koran, hasil penelitian dan lain sebagainya)
Data dan refference, berguna sekali untuk membangun analisis kita terhadap permasalahan yang akan kita tulis dan sebagai penguat analisis.

D. Mulailah Menulis
Terlalu banyak kita berteori. Sekarang, waktunya mulai menulis. Menulislah. Bebaskan pikiran anda untuk menganalisis masalah yang anda tulis. Sehingga, gagasan yang anda tawarkan nanti adalah gagasan original yang bermutu.

E. editing
Ini adalah proses yang harus dilakukan, untuk meneliti, apakah tulisan kita bagus atau nggak. Apakah sesuai dengan EYD? Atau, layak atau tidakkah tulisan yang kita buat itu, untuk dimuat di media massa?
Dalam mengedit tulisan, sebaiknya anda bisa mengajak kawan, senior, guru atau siapa saja yang bisa anda mintai komentar terhadap tulisan yang anda buat. Ajak mereka berdiskusi tentang tema tulisan anda. Dari situ, bisa dilihat, apa kekurangan dalam tulisan yang kita buat.

Yang harus diperhatikan

Ini juga teoritis. Tetapi barangkali ini masih penting bagi penulis pemula, agar mengetahui, bagaimana sih tulisan yang bagus?

• Aktual. Aktualitas harus kita perhatikan dalam menulis artikel. Bagi media massa, ini adalah “harga mati”. Karena permasalahan aktual lah yang membutuhkan banyak pemikiran untuk dicarikan solusinya. Lalu, bagaimana dengan permasalahan yang tidak aktual? Permasalahan yang tidak aktual itu suatu saat bisa menjadi aktual kembali, manakala ada momentum. Misalnya tema tentang RA. Kartini. Ini adalah wacana lama yang akan menjadi aktual kembali, ketika tanggal 21 April datang.

• Gunakan bahasa yang lugas. Jangan bertele-tele atau muter – muter. Karena selain membingungkan pembaca, tulisan itu akan menjadi kurang menarik karenanya.

• Kebaruan. Harus ada sesuatu yang baik itu data maupun pandangan (analisis) yang anda kemukakan. Jangan terlalu terhegemoni dengan memasukkan tokoh – tokoh besar dan pemikiranya dalam tulisan. Orisinalitas pemikiran justru akan diperhitungkan asal bagus, kritis, tajam, dan disertai solusi yang futuristik dan mencerdaskan.
• Kompetensi. Apakah anda orang yang berkompeten dalam menulis sebuah artikel? Kalau anda ahli agama, tentu tidak akan pernah dimuat jika menulis tentang kesehatan. Dan seterusnya …

Demikian. Serba teoritis. Penting sih … Namun harus diingat, teori bukanlah segala – galanya. Yang terpenting adalah bagaimana anda berlatih terus menerus. Praktek!

Ada banyak ragam pengertian artikel. Menurut Sharon Scull (1987) artikel didefinisikan sebagai bentuk karangan yang berisi analisis suatu fenomena alam atau sosial dengan maksud untuk menjelaskan siapa, apa, kapan, dimana, bagaimana dan mengapa fenomena alam atau sosial tersebut terjadi. Suatu artikel kadang-kadang menawarkan suatu alternatif bagi pemecahan suatu masalah.
Pada saat ini, menulis artikel di media cetak (dan elektronik) sudah menjadi kegiatan yang terhormat dikalangan intelektual. Identitas dan otoritas seorang intelektual akan terangkat jika ia dikenal sebagai seorang penulis artikel. Dengan menulis artikel dimedia cetak, seseorang akan dikukuhkan sebagai warga intelektual.
Namun demikian, bukan berati "kaum non intelektual" tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menulis artikel di media massa. Belakangan ini, sudah banyak para praktisi, profesional di bidang tertentu dan penulis lepas (freelance) yang melakukan hal sama. Ini tentu fenomena yang menggembirakan, meskipun secara kuantitas juKmlah mereka tidak begitu banyak.

KENALI MEDIA
Isi sebuah media, sekurang-kurangnya terdiri atas dua hal pokok. Pertama Fakta dan kedua Opini. Fakta disajikan dalam bentuk berita (meskipun ada banyak media massa yang beritanya ditulis dengan unsur subjecktivitas tinggi), sedangkan opini diwujudkan dalam bentuk karikatur, tajuk, surat pembaca, kolom, surat pembaca dan artikel. Biasanya, surat pembaca dan artikel memang ditulis oleh penulis luar dalam hal ini adalah pembaca dan masyarakat luas. Rubrik ini ditujukan sebagai sarana membangun komunikasi dua arah antara redaksi dengan pembacanya. Di beberapa media tertentu, pengaruh surat pembaca sangat siginifikan. Seseorang yang ingin menulis artikel di media massa harus paham bahwa media yang ia tuju adalah media yang dibaca oleh banyak orang. Artinya secara teoritis pembacanya adalah orang-orang yang beragam baik dari sisi usia, pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Impilikasinya, ia harus bisa membuat artikel yang bisa mudah dimengerti oleh semua kalangan pembaca, termasuk didalamnya efek sosial politis yang mungkin timbul dari tulisannya tersebut.
Meskipun pada umumnya ditujukan untuk kalangan umum, setiap media memiliki kekhususan tertentu. Dalam bahasa bisnis disebut sebagai segmen pasar. Ada penerbitan yang isi artikel ditujukan hanya untuk konsumen bisnis seperti majalah ekonomi dan swasembada. Semua tergantung kebijakan redaksi masing-masing.
Oleh karena itu, mengenali karakteristik media yang dituju menjadi sesuatu hal yang sangat mutlak bagi penulis artikel. Seorang penulis artikel harus memahami "selera" dan "Misi" setiap penerbitan masing-masing. Menulis artikel di Jawa Pos memerlukan pendekatan yang berbeda ketika kita menulis artikel di media lokal. Karena ke-2nya memiliki ciri khas masing-masing.

AKTUAL
Apa sebenarnya yang ingin dijual oleh media massa ? INFORMASI. Tepat sekali. Karena itu salah satu kehebatan sebuah media biasanya diukur lewat pertanyaan "seberapa aktual informasi yang disajikan?". Nah, penulis artikelpun harus mengikuti jalur ini.
Untuk bisa mengetahui aktualitas berita, penulis artikel dituntut untuk gemar membaca dan membaca. Karena itu, sebelum memutuskan untuk menjadi penulis syarat mutlak yang juga perlu dijawab adalah "seberapa besar minat kita untuk membaca?" Lupakan saja menjadi penulis artikel yang baik jika memang tidak suka membaca.
Aktualitas artikel bisa diperoleh dengan mengamati fenomena-fenomena yang saat ini sedang terjadi. Misalnya, ketika terjadi bom bali II silam insting menulis saya langsung bilang "Berarti sistem pertahanan kita lemah". Berangkat dari situ dan didukung sejumlah referensi saya akhirnya bisa menulis artikel dengan judul "Teknologi Pencegahan Terorisme" yang kemudian dimuat di media Suara Karya. Atau ketika ramai-ramainya protes warga korban SUTET PLN di jakarta kemarin saya juga sempat membuat tulisan "Berbahayakah Radiasi SUTET" yang keesokan harinya langsung dimuat di Radar Surabaya. Sebenarnya secara subtansial isi artikel yang saya tulis diatas tidak terlalu mendalam (bahkan untuk ukuran intelektual sangat dangkal), tetapi karena media mengingikan sesuatu yang aktual, fresh dan baru maka yang demikian pun bisa dimuat. Logikanya mungkin begini "Jelek-jelek dikit gak apalah yang penting aktual, ketimbang artikelnya bagus tapi basi !!!".
Nah,jika kita mau jeli, ada banyak kejadian dimasyarakat yang bisa kita analisa. Misalnya lagi tentang  berita masuknya majalah Playboy, Impor beras, CPNS atau tentang bencana alam yang hingga hari ini masih terus terjadi. Sekali lagi, kuncinya hanya satu : Banyak-banyaklah membaca.

DARI MEDIA KECIL
Jika kita seorang penulis pemula, jangan memaksakan diri untuk menulis artikel di media cetak besar. Lebih baik jika memulai mengirim artikel pada media lokal sembari mulai mengenalkan diri kepada redaksi. Syukur jika bisa secara rutin bisa menulis dimedia yang bersangkutan. Pada umumnya, redaksi media cetak lokal justru memiliki banyak waktu untuk menyeleksi dan memberi komentar terhadap artikel yang masuk.

Ada baiknya juga jika kita menjadi penulis dengan spesialiasi khusus. Bukan berarti menulis sembarang tema tidak boleh, tetapi biasanya redaksi akan memberikan peluang lebih bagi artikel yang ditulis sesuai dengan kompetensinya. Saya misalnya, sejak mulai merintis menulis selalu mengkhususkan diri dibidang Iptek dan pendidikan. Pernah sekali dua kali menulis dibidang sosial, tetapi tidak pernah dimuat.
Penulis-penulis yang sudah punya namapun biasanya hanya akan menulis artikel sesuai dengan kompetensinya. Sebut saja, Yohannes Surya dan Terry Mat yang konsisten menulis tentang dunia ke-fisika-an. R Panca Dahana dengan tulisan seputar kebudayaan. Indra J Pillang biasanya menulis tentang pemilu. Taufik yang biasa menulis artikel tentang astronomi di KOMPAS. Anita Lie, Ki Supriyoko lewat tulisannya seputar pendidikan. Hermawan Kartajaya dengan kolom-kolom marketingnya. Juga ada Hernowo yang biasa menulis artikel tentang baca-tulis atau Tommy Su yang biasa membahas masalah akulturasi kebudayaan. Di Surabaya, ada Pak Alisyabana yang identik dengan tulisan-tulisan tentang problematika tata kota.
Akhirnya, yang tidak boleh kita tinggalkan adalah soal etos kerja. Menulis artikel memerlukan sebuah ketekunan dan kadang-kadang membutuhkan riset kecil-kecilan untuk mendukung validitas data yang kita tulis. Displin untuk tetap menulis, meskipun artikel yang kita kirim belum juga dimuat.(*)

Tajuk (Editorial)
Sebenarnya antara tajuk dan opini nggak jauh berbeda. Sebagaimana opini, yang, aktualitas menjadi pertimbangan, Tajuk juga demikian. Bedanya adalah, kalau opini, semua orang bisa menulis. Sementara Tajuk (editorial), Pemimpin Redaksi lah yang berwenang dan mempunyai hak untuk menuliskannya. Karena Tajuk merupakan sikap redaksi terhadap masalah yang disorotinya.
Kolom
Kolom adalah tulisan sederhana tentang berbagai hal yang ada di sekitar kita. Tulisan ini biasanya menggunakan bahasa yang mudah dipahami, merakyat, kadang juga penuh canda.

Related Posts by Categories

Tidak ada komentar:

Posting Komentar