Minggu, 07 Oktober 2012

Ahmadinejad & Sumpah Pemuda


Selamat Ulang Tahun Mahmud Ahmadinejad
 Sang Pengadopsi Sumpah Pemuda Indonesia
oleh : Muallimin, S.Th.I

Bagaimana bayangan anda jika seorang Kepala Negara merayakan Ulang Tahun Kelahirannya? Tentu yang tergambar adalah sebuah gedung yang megah, pakaian yang mahal dan necis, makanan dan minuman yang berlimpah serta suasana yang gegap gempita.
Namun kita pasti merasa kecele jika yang berulang tahun itu adalah Mahmud Ahmadinejad, jangankan sebuah pesta, lilin kecil pun belum tentu dinyalakan untuk memperingati hari lahirnya tersebut.
Ahmadinejad adalah sosok pemimpin revolusioner bagi rakyat Iran, ia memimpin Iran dengan penuh keberanian. Tak sedikitpun kepalanya tertunduk melihat kebesaran Amerika dan Negara Eropa, ia berteriak lantang dalam pidato kenegaraannya tanpa protokoler-protokoler yang rumit, berbicara dengan hati hingga dapat menyentuh hati rakyatnya.
Ia sosok pemimpin yang mempunyai keberanian dan ketegasan. Badai ancaman dan kecaman sering dialamatkan padanya, akan tetapi prinsipnya tidak sedikit pun goyah, kakinya tetap kuat jejak di tanah.
Ahmadinejad adalah sosok pemimpin yang tak segan merakyat dan tak malu-malu menyuapi makanan untuk kaum papa, dia sadar bahwa sebagai seorang pemimpin harus siap menjadi orang yang justeru mempunyai kedudukan yang rendah, yakni sebagai pelayan rakyatnya, seorang pelayan publik. Sebuah kesadaran tingkat tinggi yang jarang dimiliki oleh para pemimpin di dunia bahkan Indonesia sekalipun.
Ahmadinejad sosok pemimpin yang tegar, tidak cengeng dan senantiasa mengharap belas kasihan, ia tidak suka tebar pesona, tidak suka menjilat dan dijilat, tidak suka mencla-mencle. Walaupun ia memiliki postur tubuh yang tidak besar dan kekar, akan tetapi boleh dibilang keberaniannya mampu meruntuhkan gedung pencakar langit yang ada di negara-negara adidaya.
Kritik baginya adalah sebuah evaluasi diri, ia bahkan tak pernah takut kepada presidennya waktu ia menjabat sebagai walikota di Teheran. Waktu Muhammad Khatami yang waktu itu menjabat sebagai presiden Iran terjebak macet dalam perjalanan ke Teheran hingga keluar larangan kepadanya untuk menghadiri sebuah pertemuan Dewan Menteri, ia tak menggubrisnya justeru sebaliknya ia berkata bahwa persitiwa tersebut adalah sebuah pembelajaran bagi presiden tentang kondisi rakyat yang sebenarnya.
Belajar dari pengalaman tersebut, seharusnya presiden tidak dipisahkan dengan rakyat melalui berbaagai macam protokoler-protokoler, harusnya seorang presiden tidak memagar tinggi rumahnya, harusnya seorang presiden tidak duduk santai di balik kursi empuk istana kepresidenannya. Jika rakyat menderita karena ia sibuk duduk di istana negara, dengan segera mungkin Ahmadinejad akan memanggil Dinas Pekerjaan Umum untuk merobohkan istana negaranya itu dan kemudian dibangunkannya sebuah gubuk kecil terbuka terbuat dari kayu agar rakyat dapat melihat dengan kasat mata bahwa ia bekerja dan bekerja.
Tak pernah terjadi poster-poster Ahmadinejad di bakar dan diinjak-injak oleh rakyatnya, tak pernah terjadi penyerupaan kerbau dengan dia, tak pernah pula terjadi peristiwa cuci tangan terhadap bawahannya yang melakukan sebuah kesalahan dan tak segan ia meminta maaf kepada rakyatnya apabila terdapat kebijakan yang salah dari pemerintahan yang dipimpin olehnya.
Walaupun ia bukan berasal dari seorang militer, akan tetapi disiplin diri menjadi hal wajib dilaksanakannya. Tegas dan penuh wibawa tanpa kehilangan senyum di wajahnya menjadikan pemimpin ini sangat disegani oleh kawan dan ditakuti oleh lawan. Banyak sudah kemajuan yang dicapai dalam pemerintahannya, akan tetapi tak pernah diekspose sedemikian hebohnya guna menambah-nambah simpati rakyat, karena pada prinsipnya, ia bekerja menggunakan tangan dan bukan menggunakan mulut. Ia berpikir bagaimana menitiskan semangat juangnya kepada para penerusnya, bukan sibuk mempertahankan jabatan sehingga segala cara dapat dihalalkan.
Seorang Kepala Negara bukanlah manusia biasa, ia diberi kewenangan besar untuk mengatur sebuah negara, dalam hal keduniawian kepala negara setingkat di bawah Penguasa Jagad Raya. Jika ia adalah makhluk setengah dewa, seharusnya dapat dengan pasti mengetahui kondisi rakyat yang kelaparan dan kekurangan pangan. Bukan malah sibuk mengumbar kesuksesan dan keberhasilan, apalagi keberhasilan itu hanya dibisiki oleh suara sumbang guna menjilat dan memperoleh kedudukan.
Walaupun dia di belahan negara lain dihujat dan dicerca, akan tetapi ia tidak risau dengan kejadian seperti itu, karena menurutnya sudah menjadi konsekwensi logis dari apa yang diperbuatnya untuk membebaskan rakyatnya bahkan dunia sepenuhnya dari keinginan brutal negara-negara munafik yang mendengungkan demokrasi dan kebebasan berpendapat, tapi di sisi lain penjajahan baik secara terang-terangan atau samar-samar tetap dihalalkan.
Ahmadinejad kini berulang tahun yang ke 56 pada tanggal 28 Oktober tahun ini, sebuah momentum kelahiran yang bertepatan dengan hari sumpah pemuda di negara kita. Semangat sumpah pemuda yang sejatinya milik bangsa kita tanpa kita sadari telah berpindah jauh dan diadopsi oleh pemimpin ke negeri kaum Syiah itu. Dalam memperingati Sumpah Pemuda, sudah semestinya kita bangsa Indonesia mendoakan Ahmadinejad agar kelak anak atau cucunya dapat bermigrasi ke Indonesia dan menjadi pemimpin bangsa ini dan membawa kembali semangat Sumpah Pemuda yang telah hilang dari bumi pertiwi Indonesia. kita berharap, Ahmadinejad dapat membuka selimut tebal yang membungkus para pemuda Indonesia hingga terlelap dalam mimpi manis yang dikonstruksi oleh kaum penjajah, baik penjajahan  oleh bangsa lain maupun penjajahan oleh bangsa sendiri.
Dalam kondisi yang sedemikian kalutnya, kerusuhan kerap terjadi saat demonstrasi terjadi di seluruh hampir kepulauan Indonesia, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Bali kita sangat membutuhkan pemimpin yang berwatak seperti Ahmadinejad, Semangat persatuan dalam sumpah pemuda terwujud dalam pemerintahannya, tidak ada keinginan memisahkan diri dari Republik Iran oleh warganya, karena semua warga negaranya terayomi dalam  kemakmuran dan tak ada marginalisasi seperti yang dirasakan oleh OPM dan RMS. Ia merupakan sosok pemimpin yang mencintai dan dicintai rakyatnya, bukan hanya sekedar mobilisasi dengan kaos betuliskan We Love Ahmadinejad pada saat kampanye atau ucapan kagum yang berasal dari sekelompok manusia penjilat.

Related Posts by Categories

Tidak ada komentar:

Posting Komentar